Kita kini
berada dalam rangkaian sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijah. Sepuluh hari
yang agung. Allah Subhanahu wa ta’ala, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi
wasallam, dan seluruh kaum muslimin memuliakannya. Syariat memerintahkan
umat Islam untuk menyemarakkannya dengan berbagai amal shalih yang istimewa.
Keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah
Sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijah memiliki keutamaan yang agung dalam syariat. Di
antaranya adalah:
- Allah SWT bersumpah dengannya. Allah berfirman, ( وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ )
“Demi waktu fajar. Dan demi sepuluh malam.” (QS.
Al-Fajr (89): 1-2) Makna sepuluh malam dalam ayat yang mulia ini
adalah sepuluh malam yang pertama dalam bulan Dzulhijah, menurut mayoritas
ulama tafsir, dan inilah pendapat yang benar menurut penelitian imam Ibnu
Katsir ad-Dimasyqi.
- Ia merupakan hari-hari yang disyariatkan secara khusus untuk memperbanyak dzikir. Allah berfirman (yang artinya),
“Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi
mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah
ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang
ternak.” (QS.
Al-Haj (22): 28)
Menurut mayoritas ulama tafsir, termasuk di antaranya
sahabat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas RA, maksud dari menyebut nama Allah pada
hari-hari yang telah ditentukan adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah./sjh
- Rasulullah SAW bersaksi bahwa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah hari-hari di dunia yang paling mulia.
Dari Jabir RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Hari-hari
di dunia yang paling utama adalah sepuluh hari (pertama bulan
Dzulhijah).” Para sahabat bertanya, “Hari-hari yang dipergunakan
(jihad) di jalan Allah juga tidak menandinginya?” Beliau menjawab, “Hari-hari
yang dipergunakan di jalan Allah juga tidak mampu menandinginya, kecuali
seseorang yang wajahnya terjerembab di dalam debu (gugur di medan jihad hingga
wajahnya beralaskan tanah).” (HR. Al-Bazzar dan Ibnu Hibban,
dishahihkan oleh syaikh Al-Albani)
- Hari Arafah.
Wuquf di Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijah setiap
tahun. Hari wuquf di Arafah adalah hari yang sangat agung. Pada saat tersebut
Allah mengabulkan doa, mengampuni dosa, menerima taubat, dan membebaskan
hamba-hamba yang diridhai-Nya dari siksa api neraka. Begitu agungnya hari
tersebut, sehingga Rasulullah SAW bersabda, “Haji adalah (wuquf di) Arafah.” (HR.
Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad. Hadits shahih)
- Hari penyembelihan.
Hari penyembelihan atau biasa disebut yaum
an-nahr dan idul Adha, jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah setiap tahun.
Ia merupakan hari raya seluruh umat Islam, dan bagi para jama’ah haji merupakan
salah satu rangkaian manasik haji yang sangat penting. Sebagian ulama bahkan
berpendapat hari tersebut merupakan hari paling mulia dalam satu tahun,
sebagaimana hadits dari Abdullah bin Qurth RA bahwasanya Nabi SAW bersabda,
أَعْظَمُ
الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari
penyembelihan dan hari sesudahnya.” (HR. Ahmad, An-Nasai, Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ath-Thabarani, Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Abu Nu’aim
al-Asbahani. Dinyatakan shahih oleh Al-Arnauth dan Al-Albani)
- Induk berbagai ibadah terkumpul pada hari-hari tersebut.
Al-hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari
Syarh Shahih Bukhari mengatakan, “Nampaknya hal yang menyebabkan
keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah berkumpulnya
induk-induk ibadah pada hari-hari tersebut, yaitu shalat, shaum, sedekah, dan haji.
Hal itu tidak mungkin terkumpul pada hari-hari yang lain.”
Keutamaan amal shalih pada sepuluh hari pertama
Dzulhijah
Terdapat
beberapa hadits shahih yang menerangkan keutamaan amal shalih pada sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijah. Di antaranya adalah:
عَنْ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ”
” مَا مِنْ أَيَّامٍ العَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ
هَذِهِ الأَيَّامِ العَشْرِ ” ” ، فَقَالُوا : يَا رَسُولَ الله ، وَلَا الجِهَادُ
فِي سَبِيلِ اللهِ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” ”
وَلَا الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ
فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ “
Dari Ibnu
Abbas RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada hari-hari yang amal
shalih pada waktu tersebut lebih dicintai Allah melebihi hari-hari sepuluh
(bulan Dzulhijah ini).” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah,
tidak juga amalan jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Tidak
juga jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar berperang di jalan
Allah dengan nyawa dan hartanya, lalu ia tidak kembali dengan membawa sesuatu
pun (ia gugur di jalan Allah).” (HR. Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan Ahmad)
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو ، قَالَ : كُنْتُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : فَذُكِرَتِ الْأَعْمَالُ ، فَقَالَ : ” مَا مِنْ
أَيَّامٍ الْعَمَلُ فِيهِنَّ أَفْضَلُ مِنْ هَذِهِ الْعَشْرِ ” قَالُوا : يَا
رَسُولَ اللهِ ، الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ ؟ قَالَ : فَأَكْبَرَهُ فَقَالَ : ”
وَلَا الْجِهَادُ ، إِلَّا أَنْ يَخْرُجَ رَجُلٌ بِنَفْسِهِ ، وَمَالِهِ فِي
سَبِيلِ اللهِ ، ثُمَّ تَكُونَ مُهْجَةُ نَفْسِهِ فِيهِ “
Dari
Abdullah bin Amru bin Ash RA berkata: “Saya tengah berada di sisi Rasulullah
SAW lalu disebutkan beberapa amal shalih, maka beliau SAW bersabda, “Tidak
ada hari-hari yang amal shalih pada waktu tersebut lebih mulia daripada
hari-hari sepuluh (bulan Dzulhijah ini).” Para sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, tidak juga amalan jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab,
“Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar berperang di
jalan Allah dengan nyawa dan hartanya, kemudian ia gugur di jalan Allah.” (HR.
Ahmad, Ath-Thahawi, dan Abu Nu’aim al-Asbhani. Dinyatakan shahih oleh muhaqqiq
Hilyatul Awliya’ dan dinyatakan hasan oleh al-Albani)
Imam
At-Tirmidzi menyatakan terdapat hadits dengan lafal yang serupa dari jalur Abu
Hurairah dan Jabir bin Abdullah RA. Kedua hadits di atas dan hadits-hadits
penguatnya menunjukkan beberapa pelajaran penting bagi umat Islam:
- Amal shalih apapun lebih dicintai oleh Allah jika dikerjakan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah, melebihi cinta Allah apabila amal shalih tersebut dikerjakan di hari-hari yang lain.
- Karena amal shalih yang dikerjakan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah lebih dicintai oleh Allah, maka hal itu bermakna ama tersebut lebih mulia dan lebih utama di sisi Allah.
- Orang yang beramal shalih pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah lebih utama daripada orang yang berjihad dengan nyawa dan hartanya di hari-hari yang lain lalu ia bisa kembali kepada keluarganya dengan selamat.
- Semua amal shalih pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah, tanpa terkecuali, akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT.
Sungguh
sebuah bazar amal yang sangat menguntungkan bagi setiap muslim.
Amalan-amalan yang sangat dianjurkan dalam sepuluh
hari pertama Dzulhijah
Sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijah adalah musim kebaikan. Sudah selayaknya setiap muslim
memberikan perhatian yang lebih terhadapnya. Sudah sewajarnya setiap muslim
meningkatkan amal shalihnya pada waktu tersebut, melebihi amal shalihnya pada
waktu yang lain. Seorang ulama tabi’in, Abu Utsman Abdurrahman bin Mull
an-Nahdi (wafat tahun 95 H) berkata, “Generasi salaf (sahabat) sangat
memuliakan puluhan hari yang tiga; sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan,
sepuluh hari pertama Dzulhijah, dan sepuluh hari pertama Muharram.”
Adapun
amalan yang selayaknya dilakukan oleh setiap muslim yang memiliki kemampuan
pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah ini adalah sebagai berikut:
- Haji dan umrah.
Rasulullah SAW bersabda, “Satu umrah ke umrah
lainnya menjadi penghapus dosa-dosa di antara keduanya, dan haji yang mabrur
tidak ada balasan yang setimpal untuknya selain surga.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan ikhlas demi
meraih ridha Allah dan dikerjakan sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Ciri utamanya
adalah keimanan, ketakwaan, dan amal shalih pelakunya setelah mengerjakan haji
mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik.
- Shaum sunnah, yaitu shaum sunnah antara tanggal 1-9 Dzulhijah. Minimal mengerjakan shaum sunnah Arafah tanggal 9 Dzulhijah bagi selain jama’ah haji.
Shaum sunnah adalah amal shalih yang sangat dicintai
oleh Allah. Allah bahkan menganggap Dzat-Nya sebagai pemilik khusus shaum, dan
Allah sendiri yang akan memberikan balasannya. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits qudsi bahwa Allah SWT berfirman, “Semua amal anak manusia untuk
dirinya sendiri, kecuali shaum, karena sesungguhnya shaum itu untuk-Ku dan Aku
sendiri yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika kita tidak mampu memperbanyak shaum sunnah pada
sembilan hari pertama bulan Dzulhijah ini, maka setidaknya kita melaksanakan
shaum hari Arafah pada tanggal sembilan Dzulhijah. Rasulullah SAW bersabda
tentang keutamaan shaum hari Arafah,
صِيَامُ
يَوْمِ عَرَفَةَ ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي
قَبْلَهُ ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
“Shaum hari Arafah, aku mengharap Allah
menghapuskan dengannya dosa satu tahun sebelumnya dan dosa satu tahun
sesudahnya.” (HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
- Shalat wajib lima waktu secara berjama’ah di masjid dan memperbanyak shalat sunnah.
Sebaiknya setiap muslim menjaga pelaksanaan shalat
sunnah Rawatib, shalat Dhuha, shalat Tahajud, shalat Witir, shalat tahiyatul
masjid, dan shalat sunnah lainnya. Dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman, “Hamba-Ku
senantiasa mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga
Aku mencintainya.” (HR. Bukhari, Ibnu Majah, dan Ahmad)
- Tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan dzikir
Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak bacaan
tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan dzikir pada sepuluh hari pertama Dzulhijah
berdasar firman Allah SWT,
“Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Haj (22): 28)
“Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Haj (22): 28)
Dari Ibnu Umar dari Nabi SAW bersabda,
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَا مِنْ
أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ ، وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيهِنَّ
مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ ، فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنَ
التَّهْلِيلِ ، وَالتَّكْبِيرِ ، وَالتَّحْمِيدِ
“Tiada hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal
kebaikan pada hari tersebut lebih dicintai oleh Allah, melebihi sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijah ini. Maka hendaklah kalian memperbanyak tahlil, takbir,
dan tahmid.” (HR. Ahmad)
Imam Bukhari berkata, “Ibnu Umar dan Abu Hurairah RA
keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah. Keduanya
mengumandangkan takbir, maka orang-orang mengikuti keduanya dalam
mengumandangkan takbir. Ibnu Umar juga mengumandangkan takbir dari dalam
tendanya di Mina, maka jama’ah masjid yang mendengarnya ikut mengumandangkan
takbir. Mendengar hal itu, orang-orang di Pasar ikut mengumandangkan takbir,
sehingga Mina bergemuruh dengan suara takbir. Pada hari-hari tersebut, Ibnu
Umar mengumandangkan takbir di Mina, setelah shalat wajib, di atas kasur,
tenda, tempat duduk, dan jalan yang dilaluinya. Ia bertakbir pada seluruh hari
tersebut.”
- Sedekah.
Sedekah secara umum hukumnya sunnah, dan nilai
kesunnahannya pada sepuluh hari pertama bulanDzulhijah ini semakin kuat. Allah
SWT berfirman (yang artinya), “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS.
Al-Baqarah (2): 261)
- Menyembelih hewan kurban
Di antara bentuk sedekah adalah menyembelih hewan
kurban dan membagi-bagikan dagingnya kepada kaum muslimin pada tanggal 10
Dzulhijah. Dari Anas bin Malik RA berkata, “Nabi SAW berkurban dengan
menyembelih dua ekor domba yang berwarna putih dan bertanduk dua. Beliau
membaca bismillah dan takbir, menekankan kakinya ke sisi leher domba, dan
menyembelihnya dengan tangan beliau sendiri.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Selain amalan-amalan di atas, terdapat banyak amalan
yang selayaknya digalakkan. Antara lain: membaca Al-Qur’an, membaca istighfar,
berbakti kepada orang tua, menyambung tali kekerabatan, menyebar luaskan salam,
memberikan makanan, mendamaikan dua pihak yang bersengketa, amar ma’ruf dan
nahi munkar, menjaga lisan dan kemaluan, berbuat baik kepada tetangga,
memuliakan tamu, memberi nafkah kepada keluarga, mengasuh anak yatim, menengok
orang sakit, membantu kesulitan orang lain, menunaikan amanat, mengembalikan
barang titipan, melunasi hutang, dan lain sebagainya.
Wallahu
a’lam bish-shawab (sjh/arrahmah. com)
0 komentar
Posting Komentar